21.31
0

Sangat disayangkan, sebagai bangsa maritim, bangsa pelaut, bangsa agraris, bangsa pejuang, menjadi bangsa yg penakut….. Takut mati, takut kehilangan segalanya, takut untuk dicela karena tidak menyuap, atau korupsi.
Bangsa yang pandai menjadi terlalu pandai, sehingga Allah, anak, istri, dirinya sendiri menjadi barang dagangan, dan bahan jual beli untuk keuntungan pribadi.
Bangsa yang mengusir penjajah dengan bambu runcing, menjadi bangsa yang pengecut, sehingga takut terluka, menjadi terlalu manja, sensitif, mudah tersinggung, mudah marah2, narsis, mudah bersilat lidah.
Bangsa yang secara sistematis, mengajarkan kepada generasi yang akan datang, sudah enak seperti ini, mendingan kembali kejaman Rezim Soeharto yang jelas2 menghancurkan Indonesia, dan menipu sejarah.
Bangsa yang secara sistematis membiarkan persoalan2 yang sepele menjadi besar, sehingga menghancurkan satu kota, bahkan satu provinsi.
Bangsa yang membiarkan dirinya ditipu oleh saudara2 nya sendiri.
Bangsa yang terlalu pandai, sehingga menjadi buta dan tuli. Mempermalukan para tuna netra dan tuna rungu yang asli.
Secara sistematis menjual anak2 nya untuk kepentingan nafsunya belaka, dan syawat. Dengan menggunakan nama Allah. Dan yang lainnya seperti robot, mengangguk2 setuju, seperti sapi mau menuju penjagalan.
Di Mana pejuang, pembela bangsa, semua tertidur dan sungkan?
Di Mana pejuang, yang dahulu berani menghancurkan rezim Soeharto?
Di Mana pejuang, yang berhari2 menyerukan Reformasi, Reformasi?
Suara anak2 yang menjadi gelandangan kehilangan harapan,
Tangis ibu2 yang menjadi gelndangan menjadi darah….
Tatapan hampa dari bapak, dan kakek yang menjadi gelandangan seperti lawakan semata.
Bayangkan iblis pun tahu untuk menjaga seluruh keluarga dan bangsanya.
Bayangkan orang utan pun tahu menjaga keluarga dan bangsanya.
Bangsa apa Indonesia?
Lebih rendah dari Iblis?
Memalukan sekali Pertamina yang perusahaan monopoli saja tidak bisa menjaga pasokan BBM untuk rakyat Indonesia.
Memalukan Pemerintah tidak bisa membasmi korupsi, kolusi, dan suap menyuap di departemen2nya sendiri. Padahal setiap hari terlihat mulai dari polisi di pinggir jalan, sampai ke partai Demokrat yang memimpin 2 branch kepemerintahan pusat.
Dan parahnnya bangsa Indonesia hanya duduk tenang, berpaling muka, menutup telinganya, dan matanya. Melepaskan kesalahan kepada bangsa lain across the worlds, sebagai biang keladinya.
Inilah bangsa yang terlalu pandai, lebih baik memiliki bangsa yang bodoh, tetapi penuh perhatian kepada seluruh bangsa dan kaumnya dari pada bangsa yang pandai tetapi congkak, dan justru menyalahkan Allah, setan, ibu, bapak, Soekarno, Gus, Dur, PKI, Israel, but themselves.
Setiap hari ditayangkan kepandaian dan kelihaian menipu, menyuap, memanipulasi, baik uang, berita, dan bahkan dengan bangganya menarik keuntungan. Komersialisasi kejahatan, dan kelaliman.
Mencari solusi?
Bangsa inilah sendiri solusinya,
Bangkit………
Berjuang………
Bersihkan……..
Mawas diri………..
Jangan mempermalukan diri sendiri apalagi pejuang2 kita dahulu.
Mencari solusi?
Buka mata,
Berjalan ke pinggir jalan,
Berbuat yang benar, bukan karena uang atau harta.
Jangan berpura2 buta, jangan menjadi pengecut.
Hidup ini hanya sekali.
Jangan gunakan hidup ini sebagai bangsa yang pengecut.
Jadi bangsa yang pejuang sampai tetes darah yang penghabisan.
Jack Soetopo dari Jordania.

"Tulisan yang sangat berkesan sekali" SantoZaq.Com
teks asli klik DISINI

0 comments:

Posting Komentar