17.02
0

SUARA MERDEKA, JAKARTA- Setelah sekitar dua tahun meninggalkan Tanah Air untuk mengemban tugas sebagai Managing Director Bank Dunia, mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kemarin ’’pulang kampung’’ ke Jakarta.
Kedatangan Sri Mulyani tidak disia-siakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY pun meminta saran dan masukan dari bekas menterinya itu seputar apa yang harus dilakukan Indonesia dalam mengantisipasi dampak krisis ekonomi Eropa.
Pukul 10.00, Sri Mulyani menginjakkan kembali kakinya di Istana Kepresidenan. Kepulangan ekonom kelahiran Bandarlampung itu memang bukan untuk urusan pribadi, melainkan menghadiri dan menjadi pembicara pada pertemuan Menteri Keuangan ASEAN dengan para investor yang diselenggarakan di Hotel Shangri-La, Jakarta.
Tantangan
Karena itu, Sri tidak datang sendirian. Dia didampingi Asisten Khusus Bank Dunia Robert Shaum, Country Director Indonesia Stefan Koeberle, Pimpinan Ekonom Shubaum Chaudhuri, Manajer Pembangunan Berkelanjutan Franz Drees, dan Koordinator Country Program Mark Hagerstom.
Setiba di Istana, Sri Mulyani yang mengenakan batik terusan warna cokelat menuju ke ruang tunggu. Tiga menit kemudian, dia bersama rekan-rekannya masuk ke ruang kerja presiden. SBY yang telah bersiap di ruang kerjanya didampingi Mensesneg Sudi Silalahi dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyambut Sri Mulyani.  ’’Welcome home,’’ sapa SBY begitu menjabat tangan tamunya. Selanjutnya mereka asyik berbincang.
Dalam sambutannya, SBY mengucapkan selamat datang kembali dan meminta pendapat Bank Dunia tentang apa yang harus dilakukan untuk memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Bank Dunia.
’’Selamat datang kembali ibu Sri Mulyani. Saya sangat tertarik untuk mendengar pendapat Bank Dunia tentang apa yang akan kami lakukan guna memperkuat kerja sama antara Indonesia dengan Bank Dunia,’’ ujar SBY.
Dalam jumpa pers seusai pertemuan, Sri Mulyani mengatakan, bersama China, India, dan Brasil, Indonesia yang tergolong negara dengan tingkat pendapatan menengah dapat menjadi contoh bagi negara lain dengan tingkat pendapatan rendah.
’’Indonesia termasuk negara yang memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi baik dan juga perbaikan pengurangan kemiskinan yang bisa dijadikan contoh,’’ ujar Sri Mulyani.
Diakuinya, tantangan pembangunan Indonesia masih banyak. Tetapi itu tidak mengurangi prestasi dalam memperbaiki pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan.
Menyinggung hubungan kerja sama antara Bank Dunia dengan negara-negara berkembang, utamanya Indonesia, Sri Mulyani mengatakan peran Bank Dunia tidak hanya fokus meminjamkan uang semata, melainkan juga lebih kepada pertukaran ilmu dan pengalaman.
Terkait dengan krisis ekonomi Eropa, Sri Mulyani menjelaskan, ketahanan menghadapi krisis global sangat dipengaruhi oleh kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya gejolak.
Namun, ekonom lulusan UI ini yakin, beragamnya ekspor Indonesia, akan memperkuat fundamental ekonomi menghadapi krisis.
’’Indonesia terpengaruh lebih pada second round effect-nya, karena mungkin destination yang berasal dari Asia. Jadi baru akan terkena sesudah mereka,’’ jelasnya.
Selain itu, Sri juga mengingatkan efek dari sentimen yang berhubungan dengan persepsi risiko, terkait volatilitas atau gejolak arus masuk dan keluar.
’’Menjadi sangat penting untuk tidak volatile atau tidak terlalu bergejolak.’’
Akan tetapi, dia tetap mengingatkan pemerintah untuk waspada terhadap semua kemungkinan gejolak dan pengaruhnya. ’’Baik itu melalui jalur perdagangan, jalur moneter, ataupun APBN kita,’’ tandasnya. (A20-43)

0 comments:

Posting Komentar